Seoul Cinderella


 Penulis : Lia Indra Andriana
Penerbit : Haru Ag
Harga Buku : Rp. 27.000,-
Dongeng Cinderella. Puteri cantik sederhana yang diperlakukan buruk oleh ibu dan saudari tirinya, lalu ditolong oleh seorang pangeran tampan yang dipertemukan pada suatu pesta. Pernah mendengar kisah ini? Tahu dong bagaimana kelanjutannya? Ternyata kisah seperti ini berulang pada kehidupan Nia, seorang gadis Indonesia yang menjadi TKW di negara yang menawarkan sejuta keromantisan: Korea Selatan. Nia hanyalah seorang gadis yang berusaha mengubah nasibnya yang kurang beruntung di Indonesia, dengan tinggal dan mengabdi pada keluarga kaya raya di Seoul. Ia bukan seorang istimewa, seperti Cinderella, yang memiliki berbagai kemampuan layaknya seorang puteri. Namun ketidak istimewaannya mengantarkannya bertemu dengan sang pangeran : Hyun Jun. Bukan, bukan sepatu kaca yang mempertemukan mereka, melainkan masakan Indonesia! Dengan sebuah kebohongan bahwa Nia memiliki keahlian memasak makanan Indonesia, ia pun diberi kesempatan untuk tinggal bersama pria tampan ini, berdua di apartemennya.

Saya sungguh tergelitik ketika tiba-tiba Hyun Jun meminta Nia memasakkan rawon, kuliner khas Jawa Timur. Tidak bisa dibayangkan bahwa seorang eksekutif muda rela berbelanja bahan-bahan masakan dan bumbu dapur, demi mencicipi makanan Indonesia berwarna dasar hitam ini. Dan adegan-adegan tentang Nia yang mencoba memasak rawon namun justru memporak porandakan dapur milik Hyun Jun, menjadi awal sebuah cerita yang menarik. Inilah Cinderella yang diperhadapkan pada Hyun Jun: seorang gadis yang tidak bisa memasak, susah diatur, dan keras kepala. Dan sebagai seorang pangeran, bagaimana Hyun Jun menaklukkan puterinya ini??

Novel Seoul Cinderella karya Lia Indra Andriana ini sarat dengan konflik yang memberi pelajaran moral bagi pembacanya. Tentang permasalahan dalam keluarga, masa lalu yang pahit, dan pilihan untuk membalaskan dendam atau malah mengampuni orang yang memberi luka batin pada kita. Salut dengan penggambaran emosi yang sangat kuat oleh penulis, pada tokoh-tokoh utamanya. Favorit saya adalah saat kedua tokoh kembali menyibak getirnya masa lalu mereka. Tidak hanya sekedar bercerita, namun luapan emosi yang mengiringinya pun membuat saya larut dalam masalah yang mereka alami. Dan sekali lagi, pendalaman riset yang dilakukan penulis terhadap latar tempat cerita, selalu memesona saya. Saat menulis cerita ini, Lia belum menginjakkan kaki di Korea, namun penggambaran beberapa tempat dan juga budaya Korea di dalam novel ini sangat jelas dan rinci. Membuat pembaca tidak kesulitan untuk ikut serta mengiringi kisah Nia di Korea. Untuk sebuah novel yang layak dibaca dan dinikmati, Seoul Cinderella sudah memenuhi setiap kriteria yang dibutuhkan, saya rasa.

Komentar