Penulis : Lia Indra Andriana
Penerbit : Haru Ag
Dongeng Cinderella. Puteri cantik sederhana
yang diperlakukan buruk oleh ibu dan saudari tirinya, lalu ditolong oleh
seorang pangeran tampan yang dipertemukan pada suatu pesta. Pernah
mendengar kisah ini? Tahu dong bagaimana kelanjutannya? Ternyata kisah
seperti ini berulang pada kehidupan Nia, seorang gadis Indonesia yang
menjadi TKW di negara yang menawarkan sejuta keromantisan: Korea
Selatan. Nia hanyalah seorang gadis yang berusaha mengubah nasibnya yang
kurang beruntung di Indonesia, dengan tinggal dan mengabdi pada
keluarga kaya raya di Seoul. Ia bukan seorang istimewa, seperti
Cinderella, yang memiliki berbagai kemampuan layaknya seorang puteri.
Namun ketidak istimewaannya mengantarkannya bertemu dengan sang pangeran
: Hyun Jun. Bukan, bukan sepatu kaca yang mempertemukan mereka,
melainkan masakan Indonesia! Dengan sebuah kebohongan bahwa Nia memiliki
keahlian memasak makanan Indonesia, ia pun diberi kesempatan untuk
tinggal bersama pria tampan ini, berdua di apartemennya.
Saya sungguh tergelitik ketika tiba-tiba Hyun Jun meminta Nia
memasakkan rawon, kuliner khas Jawa Timur. Tidak bisa dibayangkan bahwa
seorang eksekutif muda rela berbelanja bahan-bahan masakan dan bumbu
dapur, demi mencicipi makanan Indonesia berwarna dasar hitam ini. Dan
adegan-adegan tentang Nia yang mencoba memasak rawon namun justru
memporak porandakan dapur milik Hyun Jun, menjadi awal sebuah cerita
yang menarik. Inilah Cinderella yang diperhadapkan pada Hyun Jun:
seorang gadis yang tidak bisa memasak, susah diatur, dan keras kepala.
Dan sebagai seorang pangeran, bagaimana Hyun Jun menaklukkan puterinya
ini??
Novel Seoul Cinderella karya Lia Indra Andriana ini sarat dengan
konflik yang memberi pelajaran moral bagi pembacanya. Tentang
permasalahan dalam keluarga, masa lalu yang pahit, dan pilihan untuk
membalaskan dendam atau malah mengampuni orang yang memberi luka batin
pada kita. Salut dengan penggambaran emosi yang sangat kuat oleh
penulis, pada tokoh-tokoh utamanya. Favorit saya adalah saat kedua tokoh
kembali menyibak getirnya masa lalu mereka. Tidak hanya sekedar
bercerita, namun luapan emosi yang mengiringinya pun membuat saya larut
dalam masalah yang mereka alami. Dan sekali lagi, pendalaman riset yang
dilakukan penulis terhadap latar tempat cerita, selalu memesona saya.
Saat menulis cerita ini, Lia belum menginjakkan kaki di Korea, namun
penggambaran beberapa tempat dan juga budaya Korea di dalam novel ini
sangat jelas dan rinci. Membuat pembaca tidak kesulitan untuk ikut serta
mengiringi kisah Nia di Korea. Untuk sebuah novel yang layak dibaca dan
dinikmati, Seoul Cinderella sudah memenuhi setiap kriteria yang
dibutuhkan, saya rasa.
Komentar
Posting Komentar