Penulis : Lan Fang
Penerbit :Media kita
Note : Buku ini berisi kumcer karya Lan Fang
Martinus, Jakarta, Juli 2005
Ternyata memiliki Martina bukan sekedar membuat bangga, tetapi juga membuat miris. Ia nyaris sempurna seperti seorang peri di bawah matahari…. Ia berkilau. Aku redup. Ia cemerlang. Aku surup.
Namun, aku terlalu tinggi hati untuk mengaku.
“kamu pergi!” sentakku, sebetulnya untuk menutup malu ketika aku berulang kali gagal dalam pekerjaanku. Sepanjang hidupku, aku tidak terlalu peduli dengan hidupku. Namun, sejak mengenal Martina, aku ingin kelihatan berharga di depan matanya.
“Kenapa?”
“Aku tidak membutuhkanmu!” ujarku keras dengan keangkuhan yang menyakiti diriku sendiri.
“Katamu, aku tulang rusukmu…soulmate…,” jawabnya parau menahan sendat. “Tidak. Bukan/” aku tetap tidak mau mengakuinya.
Tidak? Bukan? Ya!
I need you…
Martina, Surabaya, November 2005
Mungkin dia sudah melupakanku karena segala sesuatu dalam hidupnya dianggap begit mudah. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa nafasku benar-benar serasa tercerabut. Ragaku seakan mati di ujung dahan. Jiwaku hilang ke jantung bulan.
Ternyata memiliki Martina bukan sekedar membuat bangga, tetapi juga membuat miris. Ia nyaris sempurna seperti seorang peri di bawah matahari…. Ia berkilau. Aku redup. Ia cemerlang. Aku surup.
Namun, aku terlalu tinggi hati untuk mengaku.
“kamu pergi!” sentakku, sebetulnya untuk menutup malu ketika aku berulang kali gagal dalam pekerjaanku. Sepanjang hidupku, aku tidak terlalu peduli dengan hidupku. Namun, sejak mengenal Martina, aku ingin kelihatan berharga di depan matanya.
“Kenapa?”
“Aku tidak membutuhkanmu!” ujarku keras dengan keangkuhan yang menyakiti diriku sendiri.
“Katamu, aku tulang rusukmu…soulmate…,” jawabnya parau menahan sendat. “Tidak. Bukan/” aku tetap tidak mau mengakuinya.
Tidak? Bukan? Ya!
I need you…
Martina, Surabaya, November 2005
Mungkin dia sudah melupakanku karena segala sesuatu dalam hidupnya dianggap begit mudah. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa nafasku benar-benar serasa tercerabut. Ragaku seakan mati di ujung dahan. Jiwaku hilang ke jantung bulan.
Komentar
Posting Komentar