Katanya, ditinggalkan tanpa pamit adalah kehilangan yang paling sakit. Karena itu Ngit, jika pergiku tiba-tiba, bisakah kamu mengirimkan surat-suratku pada mereka? Aku minta tolong padamu untuk memberikan surat-surat itu kalau aku benar-benar pergi lebih dulu. (Potongan surat Biru kepada Langit) Semua yang yang datang tiba-tiba memang selalu membuat manusia terkesima, apalagi kabar duka. Sebuah telepon di 17 Maret 2015 sore begitu mengagetkan Langit. Hati lelaki itu terpukul mendengar kabar Biru—kembarannya—ditemukan tidak bernyawa di dalam mobil yang terparkir di pinggir jalan raya. Sebulan setelah peristiwa duka tersebut, Langit menemukan peti berwarna hijau mint di bawah tempat tidur Biru.
Peti berisikan 24 amplop surat, termasuk untuk dirinya. Surat untuknya berisikan salam perpisahan dan permintaan Biru untuk mengirimkan 23 surat lainnya. Di dalam hati, lelaki itu bertekad menjalankan permintaan terakhir kembarannya, berharap menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besar yang tercetak jelas di otaknya. Mengapa Biru menulis surat-surat ini? Kepada siapa saja surat-surat ini dikirimkan? Adakah hubungan antara surat-surat ini dengan penyebab kematian Biru?
Komentar
Posting Komentar