sold
”Tita enggak tega bayangin Simbah harus jalan kaki saat pergi ke
surga.”
Suara Tita bergetar. ”Terus?” ”Terus... terus....”
Tita kembali berpikir sementara waktu. ”
Terus... yang Tita ingin lakukan sekarang cuma membuat Simbah bahagia
saja. Titik.”
***
Di usianya yang masih sangat belia, Tita harus kehilangan bapaknya.
Absennya sang pencari nafkah utama membuat sulit kehidupan Tita dan
ibunya di Jakarta.
Keluarga besar menyarankan agar keduanya pindah ke Kulon Progo, demi
memupus kesepian dan memangkas biaya hidup. Mereka manut.
Tapi ternyata kesulitan hidup tak berhenti sampai di situ. Rasa
kehilangan yang teramat dalam telah tertanam dalam hati ibu Tita.
Hingga akhirnya sang ibu meninggalkan Tita sendirian, hidup berdua hanya
dengan Simbah Ti.
Laiknya bocah perempuan yang beranjak dewasa, terkadang Tita menyusahkan
Simbah dan membuat orang tuanya itu terkena omelan para tetangga. Tita
sadar bahwa ia hanya menyusahkan Simbah Ti di usianya yang sudah sangat
tua.
Maka, untuk membahagiakan Simbah, Tita bermimpi dan berusaha sekuat
tenaga untuk mengabulkan satu permohonan Simbah, meski itu harus
mengorek kembali luka masa lalunya sendiri.
Komentar
Posting Komentar